A. PENGANTAR
Analitika bahasa adalah suatu metode yang khas dalam filsafat untuk menjelaskan, menguraikan dan menguji kebenaran ungkapan-ungkapan filosofis. Secara historis tradisi ini sebenarnya telah berkembang sejak lama bahkan sejak zaman pra Sokrates. Namun demikian, lalu istilah itu menjadi populer dan berkembang pada abad XX terutama di Inggris khususnya dan Eropa pada umumnya. Perkembangan filsafat analitika bahasa itu memang tidak dapat dijelaskan begitu saja terpisahkan dari aliran-aliran yang berkembang sebelumnya seperti aliran rasionalisme. Idealisme, empirisme, imaterialisme dan aliran postivisme. Atas dasar kenyataan historis yang demikian inilah maka filsafat analitika bahasa menjadi sangat sulit sekali untuk dibatasi berdasarkan wilayah perkembangannya. Oelh karena itu akan menjadi lebih memadai bilamana uraian perkembangan filsafat analitika bahasa itu difokuskan pada perkembangan berdasarkan aliran-aliran. Terlebih lagi terdapat banyak filsuf yang memiliki kebiasaan melanglang jagad, pindah dari negara satu ke negara lainnya misalnya Bertrand Russell, Wittgenstein dan tokoh lainnya. Demikian juga terdapat suatu aliran yang berkembang di Eropa akan tetapi pusatnya di Wina sehingga aliran tersebut juga disebut ‘Mazhab Wina’ atau ‘kring Wina’. Selain itu setelah perkembangan filsafat bahasa biasa, pengaruhnya meliputi berbagai negara di Eropa maupun Amerika.
Pada dasarnya perkembangan filsafat analitika bahasa itu meliputi tiga aliran yang pokok yaitu ‘atomisme logis’ (logical atomism), ‘positivisme logis’ (logical positivism), atau kadang disebut juga ‘empirisme logis’ (logical empirism), dan ‘filsafat bahasa biasa’ (ordinary language philosophy).
B. Atomisme Logis
Dalam perkembangan pemikiran filsafat di Iggris, permulaan abad XX, muncullah suatu perkembangan pemikiran yang baru yang oleh para ahli sejarah filsafat disebut sebagai suatu perubahan yang radikal atau sebagai suatu ‘revolusi’. Perkembangan baru ini membawa perubahan dalam gaya, arah dan corak pemikirannya.