Hasan Hanfi menjelaskan bahwa kiri islam bukanlah
islam yang berbaju Marxisme, dengan alasan karena hal itu menafikan makna
revolusioner islam itu sendiri, akan tetapi kiri islam ini akan mengusik sebuah
kemapanan politik dan agama.
Kiri islam ini berupaya dan mewujudkan makna
revolusioner dari agama ini, sebagai konsekuensi dari keberpihakan kepada
rakyat yang lemah dan tertindas segera mendapatkan tempatnya tersendiri dalam
konstalasi “pemikiran-pemikiran alternaif”
Kazuo shimogaki adalah salah satu orang yang tergoda
oleh radikalisme Hasan Hanafi dimana ia mengatakan pada arus baru “ dekontruksi
peradaban” yang dewasa ini sangat deras mengalir dan dikenal dengan sebutan
“posmodernisme” yaitu rangkaian tendensi teoretik dalam berbagai bidang, baik
seni maupun pengetahuan untuk menbongkar “aporia” peradaban modern yang
dibangun di atas landasan humanism dan rasionalisme Eropa abad pertengahan
(renaissance)yang menciptakan dualism dalam pikiran manusia dan menyembunyiakan
bias erosentrisme-imperialistik dalam wacana modernism.
Gusdur berpendapat mengenai ideology kiri islam ini
merupakan kunci penting untuk dapat “mereguk sepuas-puasnya air dari sumber
universalisme” yang pada saat ini diperjuangkan oleh Hasan Hanafi.
Dalam kat pengantar yang di uraikan oleh Gusdur
bahwa di tahu 1960-an adalam zaman keemasan dalam tiga pandangan di mesir, yang
sedikit banyak juga mempunyai pengaruh ke Negara-negara Arab lainnya. Ketiganya
adalah:
1. Pandangan
sosialistik
2. Pandangan
nasionalistik
3. Pandangan
populistik