11/28/2014

POSTMODERNISME DALAM PANDANGAN JEAN FRANCOIS LYOTARD

A.    PENDAHULUAN
Istilah postmodernist muncul pada tahun 1930-an, yang pertama kalidikenalkan oleh Arnold Toynbee. Postmodern merupakan reaksi dari modernism. Walaupun sampai saat ini belum ada kesepakatan dalam pendefinisiannya, tetapi istilah tersebut berhasil menarik perhatian orangbanyak. Banyak versi dalam memberikan penjelasan mengenai istilah postmodern. Foster menjelaskan, sebagian orang seperti Lyotard beranggapan bahwa, postmodernisme merupakan lawan dari modernisme yang dianggap tidak berhasil mengangkat martabat manusia modern. Sedang sebagian lagiseperti Jamenson beranggapan, postmodernisme adalah pengembangan darimodernitas, seperti diungkap Bryan S. Turner dalam Theories of modernity and Post-Modernity . Jean-Francois Lyotard, dalam bukunyaThe Postmodern Condition: A report onKnowledge (1979), adalah salah satu pemikir pertama yang menulis secaralengkap mengenai postmodernisme sebagai fenomena budaya yang lebih luas.Lyotard memandang postmodernisme muncul sebelum dan setelahmodernisme, dan merupakan sisi yang berlawanan dengan modernisme. Halini diperkuat oleh pendapat Flaskas yang mengatakan bahwa postmodernismeadalah oposisi dari premis modernisme. Beberapa diantaranya adalah gerakanperpindahan dari fondasionalisme menuju anti-fondasionalisme, dari teori besar (grand theory) menuju teori spesifik, dari sesuatu yang universal menuju kesesuatu yang sebagian dan lokal, dari kebenaran yang tunggal menujukebenaran yang beragam. Semua gerakan tersebut adalah mencerminkantantangan postmodernist kepada modernist.Pemahaman pemikiran postmodernis menjadi penting untuk memahamiberbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya yang tidak lagimemadai untuk dianalisis hanya berdasarkan paradigma ilmiah modern yanglebih menekankan kesatuan, homogenitas, objektivitas, dan universalitas.Sementara ilmu pengetahuan dalam pandangan postmodernis lebihmenekankan pada pluralitas, perbedaan, heterogenitas, budaya lokal/etnis,dan pengalaman hidup sehari-hari.


B.     POKOK PIKIRAN JEAN FRANCOIS LYOTARD
Memahami tentang postmodernisme berarti mengasumsikan pertanyaantentang hilangnya kepercayaan pada proyek modernitas, munculnya semangatpluralisme, skeptisme, terhadap ortodoksi tradisional, serta penolakan terhadappandangan bahwa dunia merupakan suatu toalitas yang universal, pendekatanterhadap harapan akan solusi akhir dan jawaban yang sempurna.
Maka untukmemahaminya diperlukan kekayaan makna dan keluasan wawasan dan bukan model berpikir hitam putih, akan tetapi membuat tingkatan makna, mencarikombinasi dari berbagai fokus (perspektif).
1.      . Pengertian Postmodern
Menurut Jean Francois Lyotard, bahwa awalan post pada postmodern,merupakan elaborasi keyakinan modern, sebagai upaya untuk memutuskan hubungan dengan tradisi modern dengan cara memunculkan cara-cara kehidupan dan pemikiran yang baru sama sekali. Pemutusan dengan masalalu (jama modern) merupakan jalan untuk melupakan dan merepresi masalalu. Dalam pandangan modernisme, ilmu pengetahuan berkembang sebagai pemenuhan keinginan untuk keluar dari mitos-mitos yang digunakan masyarakat primitif menjelaskan fenomena alam, danmodernitas adalah proyek intelektual yang mencari kesatuan berdasarkanfondasi sebagai jalan menuju kemajuan.
Mitos politik ini menganggap sainsmodern sebagai alat untuk kebebasan dan humanisasi. Sementara dalampandangan Postmodernism, sains tidak mampu menghilangkan mitos-mitosdari wilayah ilmu pengetahuan. Sementara metanarasi itu berfungsi sebagaimitos baru bagi masyarakat modern.Bagi postmodernism ide rasionalitas dan humanisme merupakan konstruksihistoris, konstruksi sosial budaya dan bukan sesuatu yang bersifat alami(kodrat) dan universal. Sehingga kedua hal tersebut tidak dapatdiseragamkan tanpa mempertimbangkan kondisi sosial-historis sertabudaya lokal. Keanekaragaman pemikiran menurut Lyotard hanya dapatdicapai dengan melakukan penolakan terhadap kesatuan (unity ), denganmencari disensus (ketidaksepakatan) secara radikal.Jean Francois Lyotard merupakan pemikir postmodern yang penting karenamemberikan pendasaran filosofis pada gerakan postmodern. Penolakannyaterhadap konsep narasi agung (grand native) serta pemikirannya yangmnengemukakan konsep perbedaan dan language gamesebagai alternatif terhadap kesatuan (unity).
2.      . Penolakan terhadap Grand Native (Narasi Besar, Narasi Agung, MetaNarasi)
Bagi Lyotard, penolakan posmodern terhadap narasi agung merupakan salah satu ciri utama dari postmodern, dan menjadi dasar baginya untukmelepaskan diri dari Grand-Narative (Narasi Agung, Narasi besar, MetaNarasi) . Baginya Ilmu Pengetahuan pramodern dan modern mempunyaibentuk kesatuan (unity) yang didasarkan pada ceritacerita besar (Grand-Naratives) yang menjadi kerangka untuk menjelaskan berbagaipermasalahan penelitian dalam skala mikro bahkan terpencil sekalipun.Cerita Besar itu menjadi kerangka penelitian ilmiah dan sekaligus sebagai justifikasi keilmiahan. Grand Naratives (Meta-narasi) adalah teori-teori ataukonstruksi dunia yang mencakup segala hal dan menetapkan kriteria  kebenaran dan objektifias ilmu pengetahuan.
Dengan konsekuensi bahwanarasi-narasi lain diluar narasi besar dianggap sebagai narasi nonilmiah.Penolakan terhadap metanarasi/grandnarasi berarti menolak penjelasanyang sifatnya unifersal/global tentang realitas, tentang tingkah laku dansebagainya. Lyotard juga menyatakan bahwa pengetahuan tidak bersifatmetafisis, universal, atau transendental (esensialis), melainkan bersifatspesifik, terkait dengan ruang-waktu (historis). Bagi pemikir postmodern ilmu pengetahuan memiliki sifat prespektifal, posisional dan tidak mungkinada satu prespektif yang dapat menjangkau karakter dunia secara objektif-universal.
Memudarnya kepercayaan terhadap metanarasi disebabkan oleh proses delegitimasi atau krisis legitimasi, di mana fungsi legitimasi narasi-narasibesar mendapatkan tantangan berat. Contoh delegitimasi adalah apa yangdialami oleh sains sejak akhir abad ke-19 sebagai akibat perkembanganteknologi dan ekspansi kapitalisme. Dalam masyarakat pascaindustri, sainsmengalami delegitimasi karena terbukti tidak bisa mempertahankan dirinyaterhadap legitimasi yang diajukannya sendiri. Legitimasi sains pada narasispekulasi yang mengatakan bahwa pengetahuan harus dihasilkan demipengetahuan di masa capitalist technoscience tidak bisa lagi dipenuhi.Pengetahuan sains tidak lagi dihasilkan demi pengetahuan melainkan demiprofit di mana kriterium yang berlaku bukan lagi benar/salah, melainkankriterium performatif:maximum output with a minimum input (menghasilkansemaksimal mungkin dengan biaya sekecil mungkin).Sains adalah permainan bahasa yang di dalamnya terkandung aturan-aturan normatif (misalnya pembuat proposisi tidak boleh membuat proposisitanpa menyediakan bukti yang memperkuat proposisinya, pihak kedua tidakbisa memberikan bukti melainkan hanya memberi persetujuan ataupenolakannya). Sains dihadapkan pada kenyataan bahwa ia tidak bisamemberlakukan aturan mainnya secara universal hingga berhak menilaimana pengetahuan absah dan mana yang tidak. Lyotard yakin bahwa kitamemasuki fase di mana logika tunggal yang diyakini kaum modernis sudahmati digantikan oleh pluralitas logika atau paralogi.Perspektivisme tentang ilmu pengetahuan yang berasal dari Nietzchedigunakan Lyotard untuk menolak pandangan ilmu pengetahuan yanguniversal dan total. Menurutnya tidak ada perspektif tunggal tentang realitasobjektif yang universal.
Manusia tidak memiliki akses untuk melihat duniasebagaimana nyatanya, anggapan dan keinginan untuk mencapai ituadalah sia-sia. Kebutuhan dan keinginan untuk menemukan kebenaran ilmupengetahuan, sesungguhnya hanyalah sekedar istilah yang mengacu pada wacana (discourse) yang berhasil dan bermanfaat. Ini berlaku bagi semuapengetahuan dan logika yang selalu bersifat profesional dan perspektif.Pada situasi postmodern ini ilmu pengetahuan dan filsafat bertujuan bukanlagi untuk penemuan kebenaran (apalagi kebenaran tunggal) akan tetapilebih pada tujuan performatif dan nilai-nilai pragmatis. Dalam pandanganLyotard relativisme dan kebenaran absolut sama-sama memiliki kelemahan.Kelemahan pandangan kebenaran absolut-universal adalah karena padakenyataannya ilmuwan memiliki keterbatasan ketika menghadapi (meneliti)realitas. Apalagi kebenara teori juga bersifat tentatif atau propabilitas,sehingga pandangan bahwa teori bersifat benar secara absolut-universaltidak dapat dibenarkan. Di sisi lain perspektivisme mengarahkan kita padarelativisme ilmiah, tetapi relativisme ilmiah ini tidak identik denganpenolokan akan kebenaran, akan tetapi mengakui kebenaran ilmu yangrelatif, yaitu kebenaran sesuai dengan perspektif/paradigma yangdigunakan. Bisa jadi perspektif tertentu dianggap lebih memilkikesempurnaan dibanding perspektif yang lain karena lebih akurat, lebihmendekati kebenaran dan lebih berguna
3.      Language Games
Jean Francois Lyotard menolak untuk menyusun sebuah cara pandang tunggal (paradigma tunggal) yang menyatakan tentang adanya berbagai paradigma, perspektif dalam melihat realitas (dunia). Pandangan modern digantikan dengan postmodern, ilmu pengetahuan digantikan oleh hermeneutika (penafsiran) tentang realitas. Kebenaran ilmu mengacu padaspesifikalitas, historisitas, dan linguistikalitas.Sains setelah mengalami krisis legitimasi terbukti bukan lagi pemonopoli kebenaran tunggal, karena dihadapkan pada kenyataan sekedar satu dari sekian banyak permainan bahasa. Permainan bahasa sains adalah permainan bahasa denotatif. Aturan main permainan bahasa denotatif adalah sebuah pernyataan untuk meyakinkan pihak kedua sebagai pihakyang wajib memberikan persetujuan atau penolakan berdasarkan buktiyang diajukan pihak pertama.Terjadinya pergantian paradigma ilmiah dari mono-paradigma menjadimulti-paradigma ini dianggap sebagai terjadinya keterputusan epistimologis.Ia kemudian membatasi ilmu pengetahuan sebagai permainan bahasa danmengungkapkan konsep Language games yang mengacu pada keanekaragaman penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari,dimana masing-masing bahasa menggunakan aturannya sendiri-sendiri. Konsep permainan bahasa merupakan pergeseran dari bahasa sebagai cermin realitas kepada bahasa sebagai suatu permainan, yang memilikiaturan sebagai berikut:
a.       Pernyataan atau proposisi ilmiah adalah pernyataan denotatif (deskriptif);
b.      Proposisi ilmiah berbeda dengan proposisi yang menekankan ikatansosial atau yang terkait dengan asal-usul;
c.       Kompetensi hanya diperlukan pada pengirim bukan pada penerima;
d.      Proposisi ilmiah adalah sekumpulan pertanyaan yang dapat diuji olehbukti dan argumen;
e.       Berkaitan dengan 4 (empat) poin tersebut, konsep ini mengharuskanpemahaman tentang situasi pengetahuan ilmiah yang sedangberlangsung. Untuk legitimasi ilmiah, ilmu pengetahuan tidakmemerlukan satu narasi (meta narasi) karena aturan-aturan ilmiahbersifat imanen dalam permainannya (paradigmanya sendiri). (Leche,1994, sebagaimana dikutip oleh Lubis, 2006)
4.      Antifondasionalisme
 Antifundasionalisme dalam teori sosial budaya dan filsafat menegaskanbahwa metanarasi (metode, humanisme, sosialisme, universalisme) yangdijadikan fundasi dalam modernitas barat dan hak-hak istimemewanyaadalah cacat. Antifundasionalisme itu dapat dimengerti sebagai berikut :
a.       Antifundasionalis dalam teori sosial budaya dan filsafat menegaskanbahwa meta narasi yang dijadikan fundasi dalam modernitas Baratdengan universalitas dan hak-hak istimewanya adalah cacat. Maka harus ada mode pengetahuan yang lebih sensitif terhadap perbedaan. 
b.      Pemberian hak istimewa pada hal-hal yang bersifat lokal dan vernakuler ini diterjemahkan sebagai seorang demokrat dan populis yangmengharuskan hirarkhi simbolik dikalangan akademik, intelektual danseni.
c.       Peralihan dari bentuk upaya diskursif ke arah bentuk budaya figuralyang tampak dalam penekanan dan imajinasi visual dan bukan kata-kata, proses primer ego dan bukan proses skunder, apresiasi dengancara melibatkan diri bukan mengambil jarak dengan penonton yang tidakmemihak.
d.       Aspek ini ditangkap sebagai fase budaya dangkal postmodern.Pandangan ini sejalan dengan Anderson yang mengemukakan ciri kaumpostmoernis dengan tidak adanya kemutlakan dalam ilmu pengetahuan danbudaya. Namun justru mendukung pluralisme dengan menyatakan bahwakita harus berhadapan satu sama lain sebagai orang-orang denganinformasi yang berbeda, cerita dan visi-visi yang berbeda. Postmodern percaya perbedaan dan keanekaragaman tidak akan menimbulkan konflikdan pertentangan. (Aderson, 1980). Keanekaragaman akan membuatkehidupan semakin indah asal saja pluralisme dan heterogenitas itudihadapi dengan keterbukaan, dialog, solidaritas dan bukan egoisme dananarkisme kelompok.Kebebasan memilih paradigma dan metode sejalan dengan antifondasionalisme dan postmodernisme. Dalam ilu pengetahuan refleksitentang teori (metanarasi) dan antifondasionalisme merupakan hal yangpenting dalam ilmu pengetahuan postmodern. Metateori itu sendiri bersifatantifondasional, karena seluruh teori yang kuat dan lemah sama-samaberperan dalam kehidupan sosial. Maka metateori bersifat inheren dalampostmodern.
C.    KESIMPULAN
Pemikiran Lyotard sebagai postmodern secara umum sejalan denganpemikiran para postmodernist lainnya yaitu menawarkan intermediasi darideterminasi, perbedaan (diversity) dari pada persatuan (unity). Antifondasionalis dalam filsafat dan ilmu pengetahuan sosial budayamenegaskan bahwa metanarasi yang dijadikan fondasi ilmu pengetahuan,humanisme, sosialisme dan lain-lain, adalah cacat. Untuk itu metodepengetahuan harus lebih sensitif terhadap berbagai perbedaan. Peran paraintelektual sebagai legislator kepercayaan digantikan dengan interpreter.Konsep perbedaan, perspektif, multivokalitas, languge  game dan hal-hal yangbersifat lokal lainnya menjadi perhatian khusus dalam pemikiran postmodern menurut Lyotard. Budaya dangkal postmodern sebagai salah satu pengakuan terhadapketerbatasan ilmuwan dalam menemukan esensi realitas (kebenaran objektif universal). Pandangan esensialisme yang didukung oleh paradigma positivism edianggap tidak realistis dan tidak mampu menjelaskan fenomena sosial budayayang begitu beranekaragam (heterogen). Sehingga pemikiran dan konsep-konsep tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadapperkembangan ilmu pengetahuan dan kajian sosial-budaya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar