2/12/2025

Jejak Takdir di Madrasah Aliyah Nuurul Ikhwan Cikidang Sukabumi

Hari ini, saya mengemban amanah sebagai Kepala Madrasah Aliyah Nuurul Ikhwan Cikidang Sukabumi. Hal ini adalah bagian dari perjalanan hidup yang tak pernah saya rencanakan bahkan tak pernah bercita-cita sebelumnya, namun pada akhirnya takdir membawa saya ke sini, di antara para guru dan siswa-siswa yang kini menjadi bagian dari tanggung jawab saya.

Walau demikian, saya merasa belum pantas berada di posisi ini. Siapalah saya jika dibanding para pendahulu yang ilmunya luas, para pendidik sejati yang telah mengabdi sepanjang hidupnya? Namun, hari ini saya diamanahi untuk membimbing dan mengarahkan pendidikan agar tetap berjalan sesuai dengan nilai- nilai keislaman dan menyelaraskan dengan pijakan dari kearifan lokal yang adiluhung

Lalu, bagaimana jika ini memang ketentuan-Nya? Bukankah setiap pemimpin harus menjadi teladan bagi yang dipimpinnya?

Saya pun merenung dalam-dalam. Dan hal ini harus saya ceritakan... 

Dahulu, saya dilahirkan dari seorang ayah yang juga sebagai seorang pendidik, seorang guru di sekolah dasar. Saya tumbuh dalam lingkungan di mana ilmu adalah cahaya, dan mendidik adalah bentuk pengabdian paling mulia. Saya menyaksikan bagaimana ayah saya bangun sebelum subuh, menyiapkan pelajaran, berjalan kaki ke sekolah dengan penuh semangat, meski hujan atau panas menyengat dalam kondisi sakit asma sejak kecil.

Dari beliau, saya belajar bahwa mendidik bukan hanya soal menyampaikan ilmu, tetapi juga soal menanamkan adab, membentuk karakter, dan menumbuhkan cinta kepada ilmu serta kehidupan.

Kini, saya berada di titik ini—mengemban amanah yang lebih besar. Bukan hanya membimbing siswa, tetapi juga mendukung para guru agar mereka terus bersemangat dalam mengajar. Saya sadar, ini bukan tentang jabatan, bukan tentang kehormatan, tetapi tentang tanggung jawab.

Saya ingin madrasah ini menjadi rumah bagi ilmu dan adab. Saya ingin setiap siswa yang belajar di sini tumbuh menjadi insan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki hati yang lapang, yang menghormati gurunya, yang mencintai lingkungannya, dan yang mengerti bahwa ilmu harus diamalkan untuk kemaslahatan umat.

Maka, pada akhirnya inilah jalan yang harus saya tempuh. Jalan yang mungkin penuh ujian, tetapi juga penuh berkah. Sebab, seperti kata para arif, mendidik adalah pekerjaan para nabi. Dan jika Allah telah menempatkan saya di sini, maka saya harus berusaha sebaik mungkin untuk menjalankan amanah ini dengan penuh keikhlasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar