10/24/2012

Kumpulan Sajak-Sajak Indah




AYAH

Lima tahun suda kau tinggalkan aku
Tanpa kata, tanpa suara
Hanya kenangan yang kau berikan
Kini aku sadar, ketiadaanmu menjadikanku untuk lebih dewasa
Ada hikmah yang besar di balik kepergianmu Ayah
Kemandirian, Kesabaran, Kepasrahan itulah yang aku dapatkan
Mungkin jika kamu masih ada semua itu tak akan ku dapatkan
Ya Robb…
terimaksih atas rahasia yang kau berikan kepadaku, di balik kepergian Ayahku
selamat jalan Ayah
Ibnu Saepul Bahri,
Bandung, 08 Oktober 2012


Sore Senja

Matahari mulai meumerah
Setelah beberapa jam berjalan dari upuk timur ke upuk barat
Memanaskan manusia di bawah triknya
Membuat orang-orang enggan beraktifikas
Kini hilanglah sudah rasa panas itu
Hanya keindahan yang terlihat di sore senja
membuatku lupa akan hiruk piuknya maslah di benak kepala
kini hanya satu kata yang ku ucapkan
Tuhan betapa kuasanya kau menggatikan keterangan menuju kegelapan
Gelap yang akan kau hiasi dengan keindahan bintang-bintang

Ibnu Saepul Bahri,
Bandung, 12 Oktober 2012


UNTUK MU
Panas terasa di sekujur tubuhku
Bagaikan api yang meluluh lantahkan kayu kering
Semua kulit terkelupas di balik panasnya
Tangan tak mampu lagi untuk menggenggam
Mulut tak mampu lagi untuk bicara
Kaki tak mampu lagi untuk melangkah
Hidung hanya bisa menghirup bau anyil darah dan daging yang terbakar
Telinga hanya bisa mendengar kebohongan di balik semua peristiwa
Kenapa semua ini terjadi
Aku muak dengan caramu yang halus untuk membunuh demi mereguk keuntungan
Wahai tuhan…
Tidakkah kau ciptakan semua manusia dengan kasih sayang-Mu
Tapi kenapa mereka, mereka yang duduk bersandar asik di kursi mewah selau menindas memeras kami semua
Wahai Tuhan…
Hanya satu yang kami pinta dari-Mu untuk mereka
Sadarkanlah mereka…

Ibnu Saepul Bahri,
Bandung, 17 Oktober 2012



“Hari Itu”

Hari demi hari telah ku lewati
Berjalan di tanah kering yang gersang tanpa ada kucuran air
Trik matahari serasa dekat di atas kepalaku
Keringat keluar seakan memandikan badan ini
Semua ini aku lakukan
Demi memperjuangkan mereke
Mereka yang tidak tahu bahwa dirinya sedang di peras dan di tindas
Oleh kejamnya kekuasaan yang di dasarkan pada politik
Mereka obral janji manisnya kepada mereka
Untuk bisa membodohi kami semua..

Ibnu Saepul Bahri
Bandung, 27 November 2012


“Untuk mu”
Kenapa kau buat semua ini jadi berantakan
Ketika semuanya sudah tidak lagi seperti dulu
Keharmonisan kini berubah menjadi misteri
kebahagiaan kini berubah menjadi duka yang mendalam
bagaikan gong-gongan anjing dan kucing yang tak mungkin bisa bersatu
aku lelah dengan semua ini
aku ingin terbebas dari semua ini
rasa gersang terasa ketika kau membuatku gelisah
Akan tetapi tidakkah kau sadar
Semua ini aku lakukan demi kebaikanmu dan kebaikan kita juga
Dalam termengung aku sadar
Aku harus bisa meninggalkan kamu
Sampai pada akhirnya mentari akan bersinar
Membuat kita lupa akan semuanya
Oleh keindahannya
Ibnu Saepul Bahri
Bandung, 28 November 2012


“Insaf dan Sadar”

Tak ada sedikitpunyang harus di sombongkan dalam diri ini
Wajah tanpan badan kekar semuaitu akan ada akhirnya
Ingat dan sadarlah hidup ini Cuma sebatas mampir
Buatlah prioritas dalam hidup ini
Dahulukan hal yang penting untuk bekal di hari akhir


Ibnu Saepul Bahri
Bandung, 05 Desember 2012

“SORE ITU”

Surya mulai tenggelam
Menandakan kegiatan di siang hari harus segera di akhiri
Melihat birunya langit yang berubah menjadi merah kekuning kuningan
Burung-burung yang berterbangan mulai kembali ke sarangnya
Setelah panas di siang hari mencari makan
Terlihat seorang nenek tua tanpak terlihat lelah sekali
Menggendong sesuatu yang di bungkus dengan sehelai kain, entah apa itu!!
Dengan rasa sabar nenek trus berjalan
Sampai pada akhirnya lantunan suara adzanpun terdengar jelas
Dan iapun dengan segera memasuki sebuah bangunan yang bermenarakan bintang
Subhanallah Nenek yang tak kenal lelah (bisikku)..

Ibnu Saepul Bahri
Bandung, 07 Desember 201
(Belum ada Judul)
Aku terlahir di dunia ini
Bukan sebagai pecundang
Tapi aku terlahir sebagai seorang pemenang
Semunya akan aku lakukan
Meski karang sekalipun yang harus di hancurkan
Demi sebuah impian
Untuk menyongsong masa depan
Tanpa jadi seorang pecundang


Ibnu Saepul Bahri
Bandung, 07 Desember 2012

  

“LUKA PADA DUKA”

Disini, di kamar ini
Aku mengadu luka pada duka
Aku mengadu nestapa pada niscaya
Aku tak bisa lagi mendengar suara yang halus seperti dulu
Aku tak bisa lagi melihat indahnya dunia
Kini semuanya sirna di telan keserakahan belaka
Semunya terkubur dalam kebohongan
Mereka hanya pandai besilat lidah
Demi mengumpulkan kemegahan untuk di dipandan
Merampas dan menindas dilakukannya
Tanpa ada belas kasih sedititmu

Ibnu Saepul Bahri
Bandung, 13 Desember 2012

“Aku Ingin Kau Kembali”

Negriku tak lagi seramah dulu
Kebencian antar golongan selalu mewarnai negri ini
Negri yang dulu subur ma’mur hanya tinggal cerita
Negeriku yang dulu kaya akan budaya kini lenyap di makan peradaban barat
Manusi lupa akan dirinya sendiri
Sikut kiri-sikut kanan itu lah budaya baru
Gotong royong ramah tamah hilang dari peradaban
Oh..negeriku
Kemanakah ketentraman, keramahan, rasa peduli sesama yang dulu engkau bina
Aku ingin kau seperti dulu
Aku ingin kau kembali dengan penuh kehangatan
Rasaya saling menghormat, saling menghargai tercipta layaknya sebuah keluarga
Siapakah penyebab dari semua ini..?

Ibnu Saepul Bahri
Bandung, 18 Desember 2012

“Dedikasi Untuj Ibu”
ibu
ku pandangi sayu matamu
saat kau tidur lelap
rasa lelah, letih, lunglay terpancar di wajahmu
setelah seharian penuh kau kerahkan hidupmu untukku
untuk menuntaskan kewajibanmu sebagai peganti ayah
Ibu
Aku ingin menciummu, dengan kehangatan seorang anak
Dan bercerita tentang apa yang ku inginkan
Untuk membuatmu bahagia
Untuk membuatmu tersenyum
Aku ingin mengukir senyummu
Untuk menyongsong hari tuamu
Hari yang penuh kehangatan dan kebahagiaan meski tanpa ayah
Ibnu Saepul Bahri
Bandung, 18 Desember 2012
Jam 12:12


SAJAK UNTUK NEGERIKU

Terlalu banyak darah yang bersimbah di negeri ini
Sama seperti lagu kebangsaannya
Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku
Maka tumpahlah semua darah-darah orang yang tidak berdosa
Karena ulah mereka
Mereka yang bersilat lidah
Para elit politiknya meminjam bait bait tuhan untuk sebuah penipuan
Mulutnya berbusa, sedangkan tangannya yang hitam bergentayangan mengambil hak-hak mereka
Haruskah negeri ini di hancurkan
Sebab gereri ini sudah tak seramah seperti dulu
para penguasa hanya sibuk bersuara tanpa makna
hanya sebuah bisa yang keluar untuk mengadu domba demi kekuasaannya
bagaikan Stalin sang pembunuh berdarah dingin
demi kekuasaann mereka tega melihat kami semua sengsara
sahabat
mari bersama-sama kita kepalkan tangan demi sebuah perlawanan
selama tikus-tkus dan kucing-kucing itu masih bernapas
tumpahkan darah kita untuk membuang mereka ke tong sampah yang busuk menyengat
demi sebuah impian bersama
yeitu kesejahtraan milik rakyat kita semua

Ibnu Saepul Bahri
Bandung, 22 Desember 2012
Jam 05:02

“Kabar Angin”
Semilir angin menyup ke relung jiwaku
Membawa kabar yang tak jelas dari luar
seperti gemuruh badai yang akan menghantam
badanku tiba-tiba menggigil ketakutan
seakan ingin berlalri untuk menghindari
aku berlari tapi kebisingan di luar sana tepap masih menyusup ke relung jiwaku
tak ada tempat untuk ketenangan
semua angin trus mengabarkan kebisingan
seperti jeritan-jeritan orang kelaparan
aku tidak tahu petanda apa ini semua
yang aku tau
kabar angin sudah tak seramah dulu

Ibnu Saepul Bahri
Bandung, 29 Desember 2012
Jam 01:19

Jerita Jiwa
Lihatlah aku terkapar dalam luka
Jeritan jiwa tak mampu lagi mengobati
Hanya karena ulah mereka...
Yang selalu melihatkan kemewahan tanpa makna
Aku muak dengan semua ini
Aku ingin pulang
Dan hidup dikeabadian

Ibnu Saepul Bahri
Bandung, 29 Desember 2012
Jam 01:32





Tidak ada komentar:

Posting Komentar