BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG MASALAH
The Adventures Of Huckleberry Finn,
karya besar mark Twain, mulai di tulis pada tahun 1876, tahun penerbitan buku
cikal bakal, The Adventures of Tom Sawyer. Buku pertualangan Huck Finn dan Jim
si budak hitam ini terbit tahun 1884. Kisah ini muncul dalam berbagai versi, mulai
dari buku komik hingga aksi panggung opera, dari cetakan buku biasa hingga buku
lengkap dengan kaset rekaman, dari film kartun hingga film layar lebar.
Walaupun buku aslinya telah beberapa
kali direvisi oleh editor dan penerbitnya, Jhon C. Gerber meyakini masyarakat
pembaca novel bahwa kisah ini memang sebuah karya legendaris yang sampai
sekarangpun masih di baca ribuan dan ribuan orang. Dalam satu essainya tengtang
Huck ia menyatakan bahwa”
“….the book still
retains its appeal for millions of readers. Scores of scholars, continue to
argue over it and thousand of teacher to discuss it in class. The trip down the
Mississippi river on the raft has become legendary…”[1]
Dalam novel
legendaries ini, Twain menciptakan tokoh Huck Finn dengan apik dan penuh kehati-hatian,
dimana Huks mengisahkan pertualangan dirinya sendiri bersama Jim, si budak
hitam, menyusuri sungan Mississippi. Sepanjang perjalanannya, mereka bertemu
berbagai macam manusia seperti dua orang desperadoes di sebuah kapal,
keluarga Kolonel Grangerfonrd dan musuh bebuyutannya, keluarga Shepherdson, dua
orang penipu Duke dan The King, dan lain-lain. Dua tokoh ini Huck dan Jim,
mengalami perjalanan yang menegangkan di sertai obrolan mereka yang kocak dan
lucu. Pertualangan demi pertualangan mereka lalui disamping itu merekapun
selalu menghindari berbagai kesulitan dan halangan serta bercerita tentang
rintihan duka lara dan impian indah selama perjalanannya menyururi sungai.
Satu factor yang
menarik tentang perjalanan Huck dan Jim sepanjang menyusuri sungai. Yang
ditulis dalam beberapa essay kritikus sastra, adalah penggambaran pesisir
sungai Mississippi dari kacamata seorang anak, Huck Finn. Kisah pertualangan
ini memang terasa hidup serta menyentuh
karena Huck sebagai narrator cerita ini adalah tokoh yang menurut para kritikus
bersifat :
“….(Huck is) accepting, accommodating, compassionate, decent,
dirty, good-natured, pathetic, practical, pragmatic, poker-faced, naïve, bad,
good, heroic, and unhernic (1985,hal 10).
Serangkaian sifat
huck di atas ini dikumpulkan dan dituliis Gerber dalam tulisannya sebagai
pembuka buku kumpulan essay-esaay One Hundred Years Of Huckleberry Finn. Dimana
isi essai itu banyak menceritakan tokoh Huck dengan sudut pandangnya, ada juga
yang membahas Tom Sawyer sebagai tokoh yang mempengaruhi jalan pikiran Huck,
bahkan ada juga di antara essai ini yang membahas Twain sebagai penulis dari
pada novel yang ditokohi oleh Huck Finn itu sendiri. Tokoh huck ini memang
cukup berkesan dan menarik sekali untuk di terus dibahas dan di pelajari karena
banyak aspek yang bias di ungkapkan dari sikap yang legak dan lucu dalam
celotehannya.
2.
POKOK
PERMASALAHAN
Di dalam cerita ini, seorang tokoh
yang bernama Jim sempat mengungkapkan keinginan dan impiannya bila ia bebas,
setelah ia baca buku tentang sejarah Amerika masa itu, melihat dari pada impian
dan keinginannya itu saya menemukan beberapa pokok untuk mencapai kebebasan itu
sendiri tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Selain menuliskan bahwa
kaum kulit hitam memperjuangkan kebebasan dengan pengorbanan material dan moral
dalam jangka waktu yang tidak sebentar, selain itu, sejarah juga seperti apa
kebebasan atau impian mereka tersebut. Impian ini akhirnya terwujud nyata
setelah konstitusi Amerika menghapuskan perbudakan pada akhir abab ke-19.
Kebebasan sebagai impian budak kulit
hitam dicatat dalam sejarah adalah bentuk kebebasan secara kebanyakan. Namun yang
jaddi permasalahnya adalah kebebasan seperti apakah yang disampaikan melalui
tokoh Jim ini. Apakah Jim sendiri mempunyai angan-angan seperti dalam buku
sejarah mengenai ras kulit hitam atau kan lebih? Singkatnya kebebasan seperti
apa yang berada dalam benak pikiran Jim itu sendiri?
BAB II
LANDASAN TEORI
1.
PENOKOHAN
Disini saya menganalisis novel The
Adventures of Huckleberry Finn dengan pedoman teori sastra mengenai tokoh
dan penokohannya. Adapun yang akan dikaji oleh penulis yaitu mengenai struktur
penokohan Jim dan Huck dengan menggunakan terori penokohan karena pembaca
mengetahui sedikit banyaknya mengenai pola, tingkah dan ucapan dari narasi yang
disampaikan oleh Huck, yang menjadi salah satu tokoh utama dalam novel
tersebut.
A.
PENOKOHAN
MENURUT ARSWENDO ATMOWILOTO
Arsendo Atmowiloto, seorang
pengarang Indonesia masa sekarang, dalam bukunya Mengarang Itu Gampang mengungkapkan
sedikit tentang tokoh dan penokohan. Ia menyatakan bahwa tokoh berkaitan erat
dengan alur cerita itu sendiri. Sang tokoh bias saja berubah, dalam pemikiran
atau tingkah lakunya. Di awal cerita mungkin ia adalah seorang tokoh yang
menyenangkan, namun pada akhir cerita, sang tokoh ini mungkin berubah menjadi
seorang yang menyebalkan.
Bagaimana kita bias mengetahui
pemikiran atau tingkah laku seorang tokoh? Arswendo berkata bahwa dalam
menggambarkan satu tokoh, semua biasa terlihat; bisa dari kacamata “aku” bisa
juga dengan menggunakan “nama tertentu yang bukan aku” (1987 : halaman 41).
1.
BISA
DILIHAT DAN BISA DIISYA RATKAN
Mungkin maksud Arswendo dengan
mengandaikan satu tokoh. Kita sebut saja namanya si Anu. Si tokoh Anu ini
sebenarnya bisa terlihat jika ia langsung disebut karakternya oleh sang
pengarang, bahwa si anu ini orangnya begini atau begitu. Selain itu ci Anu juga
bisa diisyaratkan jika sang
pengarang menulis pemikiran dan tingkah laku ci Anu selama
menghaddapi/menyelesaikan berbagai peristiwa di sepanjang certia.
2.
SIFAT
LAHIRIAH DAN SIFAT BATINIAH
Pengarang juga bisa menuliskan sifat
lahiriahnya, seperti rambutnya yang hitam dan keriting, pipinya yang
kempot dan giginya yang ompong, ia tinggal di sebuah gubug tua yang kumuh,
kotor, dan lain sebagainya
Kemudian kita bandingkan sifat
lahirian dengan sifat batiniah, jelasnya sifat batiniah ini sifat yang tak
bisa dilihat mata telanjang, sifat ini bisa berupa seperti malas, dan jorok,
atau juga bisa seperti keduanya, misalnya si Anu itu penolong dan pemurah akan
tetapi ia suka berbohong.
3.
SUDUT
PANDANG “AKU” DAN “NAMA TERTENTU BUKAN AKU”
Pengarang juga berkuasa penuh untuk menentukan siapa yang jadi
narrator cerita atau pencerita; bisa itu ci tokoh utama, tokoh marginal, atau
bukan satu tokohpun dalam cerita itu.
Maksudnya disini, bisa saja si Anu adalah tokoh utama atau tokoh
marginal yang mengaku sebagai “aku” namun ia hanya bisa melaporkan kepada
pembaca atas apa yang ia lihhat saja. Lain halnya jika memang pengarang tidak
memberikan “kekuasaan” kepada satu tokohpun dalam cerita. Pembaca bisa dengan leluasa
melihat penggambaran tokoh secara mendetai. Sang penulis memang memberikan
keleluasaan buat pembacanya untuk bergerak dari satu tokoh ke tokoh yang lain,
dan membiarkan si pembacamempunyai interpretasinya sendiri, penulis memberikan
symbol nama kepada tokoh-tokoh atau, yang tadi disebut oleh Arswento ”nama
tertentu yang bukn aku”
B.
PENOKOHAN
MENURUT PICKERING HOEFER[2]
Seperti yang di ungkapkan juga Arswento, James Pickering dan
Jeffrey D. Hoeper dalam buku mereka mengemukakan pembagian cara seorang pemula
melukiskan penampilan tokoh dalam ceritanya, yaitu dengan teknik membertahu (telling)
dan teknik menggambarkan (showing)
BAB III
ANALISIS KEBEBASAN TOKOH JIM
DALAM NOVEL THE ADVENTURES OF HUCLEBERRY FINN
A.
FAKTA
DALAM NOVEL
1.
KEBEBASAN
MENURUT JIM
Sebagai pembuka analisis novel ini,
saya akan mencoba menganalisis keinginan dan hasrrat besar Jim untuk bebas dari
perbudakan yang mana dapat dilihat dari tingkah laku Jim dan dialognya dengan
Huck. Jim hanya menyatakan keinginannya untuk bebas kepada Huck, karena setelah
ia lari dari Miss Watson ia banyak menghabiskan waktunya bersama Huck. Di bawah
ini saya akan menganalisis keinginannya terseebut yang dapat diketahui dari
ucapan dan tingkah lakunya. Dalam hal ini saya dapat mengetahui dari laporan
yang disampaikan oleh Huck, sang narrator.
Proses pencapaian Jim ini memang
dimulai sejak ia melarikan diri dari Miss Watson, seperti halnya budak hitam
lain di daerah selatan, Jim diperlakukan kurang baik oleh Miss Watson,
majikannya. Jim sendiri yang menyampaikan hal ini dalam Bab VIII saat
pertama kali ia bertemu dengan Huck di Jackson Island. Namun alas an ia
melarikan diri bukan karena Miss Watson ysng memperlakukannya dengan buruk,
alas an sebenarnya baru ia ungkapkan seetelah mereka mencari makan di pulau
itu. Saat itu Huck bertanya tentang alas an Jim berada di pulau tersebut.
Pada awalnya terlihat nada segan
saat Jim menceritakan hal ini karena ia takut Huck akan mencertakan lagi ke
Miss Watson dan penduduk kota tersebut. Namun setelah Huck meyakinkan bahwa ia
tidak akan kembali lagi ke kota tersebut jadi semuanya akan aman, Jim baru
memberitahukan bahwa alas an sebenarnya ia melarikan diri dari Miss Watson
karena akan dijual ke New York Oerlans oleh majikannya itu sendiri.
“…Miss Watson,
she pecks on me all de time, en treat me pooty, but she always said she would’
sell me down to Orlean. But I noticed they was a nigger trader around the place
considable lately, and I begin to get uneasy. Well, one night I creeps to the do pooty, and the
warn’t quite shet. And I all missus tell de wider she gwyne to sell me down to
orleand, but she didn’t want to, but she could git eight hundred dollar for me.
And I lets out mighty quick, I tell you (56-57. 1960)
Saya melihat
kalimat pertami dari kutipan di atas merupakan satu kunci tentang makna
kebebasan bagi dirinya. Jika Jim di jual ke New Oerland, ada beberapa
kemungkinan yang ia takutkan. Kemungkinan pertama bahwa ia akan diperlakukan
lebih buruk dari yang sekarang, dan ada kemungkinan lain Jim tidak mau jadi
budak di tempat asing yang jauh dari keluarganya. Jika toh berada jauh dari
tempat tinggal anak istrinya, lebih baik ia menjadi manusia bebas dan dapat
bekerja untuk menebus mereka.
Pada bab ke-23, diceritakan oleh Jim bahwa anak perempuannya suatu
waktu sakit panas, dan di saat si anak sembuh, ia memperlakukan anaknya dengan
sedikit kasar, ia mengira bahwa anaknya tidak patuh terhadapnya, sehingga ia
selalu membentak Elizabert. Namun setelah ia mengetahui bahwa anaknya terseut
ternyata menjadi tuli karena sakit panas yang diderita di hari-hari sebelumnya.
Ia menyatakan rasa bersalah terhadapat anaknya kepad Huck karena ia suka
membentak anak perempuannya itu.saai ia mengatakan hal ini, ia menangis. Dari
situ kita tahu bahwa jim mempunyai perasaan bersalah mendalam.
Alas an selanjutnnya yang memacu agar ia dapat terbeas dari
perbudakan adalah untuk mempunyai harta dan barang sendiri. Alas an ini mungkin
beralasan dengan maksud Jim untuk membeli keluarganya dari perudakan. Lihat
kutipan dibawah ini
“he was
saying how the first thing he would do when he got to a free state he would go
to saving up money and never spend a single cent, and when he got enough he
would buy his wife, which was owned on a farm close to where Miss Watson lives,
and then they would both work to buy the two children”,….(hal 144)
Sampai pada
akhirnya Jim sangat bahagia sekali karena secercik harapan untuk mewujudkan
keinginannya sudah bisa terlihat di hadapannya, jadi dari pembahasan di atas
dapat kita simpulkan bahwa Jim telah :
1.
Bebas
dan mempunyai harapan untuk dapat pergi ke free state dan bekerja di sana,
setelah itu ia akan mempunyai uang untuk membeli (membebaskan) istri dan
anaknya.
2.
Dapat
makann apa saja yang ia inginkan, dan bisa menikmati waktu dengan santai
3.
Mempunyai
barang berharga pribadi ( Uang)
4.
Melihat
sebuah kesempatan untuk dapat membeaskan istri dan anak-anakny dari majikannya.
BAB IV
KESIMPULAN
Mengenai kesipulan analisis tentang
kebebasan Jim, saya tidak akan terlalu banyak mengambil sebuah kesimpulan dari
hasil pembahasan di atas, karena, takkala saya menyimpulkan sebuah uraian dari
pembahasan, secara tindak langsung sadar dan tak sadar pemahaman atau
pola-pikir pembaca akan tersekat pada kesimpulan itu sendiri. Jadi, saya
sarankan silahkan simpulkan pembahasan dia atas oleh pemahaman pembaca.
BAB V
REFERENSI
Atmowiloto,
Arswendo. Mengarang Itu Gampang. Jakarta: Gramedia, 1982
Twain,
Mark. The Adventures of huckleberry Finn. New York: Washington Square
Press INC., 196o
Cerveza,
"The Adventures of Huckleberry Finn," Contemporary
Literary Criticism vol. 41, 1921. pp 1156-67.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar