6/20/2015

ISLAM INDONESI


Islam adalah agama universal, yang selalu berdialog dengan situasi struktural historis, di tempat yang pernah ia singgahi. Pergulatannya dengan system ekonomi-politik, setting social, serta  budaya yang  pernah Ia jumpai, tidak membuatnya kaku untuk berbaur dengan tradisi yang lain. Bahkan kehadirannya di suatu ruang dan waktu tertentu, selalu menciptakan perubahan yang berarti. Wal hasil, dalam keadaan apapun dan dimana pun, islam selalu melakukan take and give, dengan tradisi yang lain, dengan dibarengi karekteristik islam yang kuat.
            Paparan tersebut menghendaki,  islam yang ada di Indonesia pun, harus dipahami sebagai sebuah  produk sejarah, yang akan terus berdialog dengan realitas social. Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita tengok terlebih dahulu, peta penyebaran Islam di nusantara pada masa lampau.  Menurut catatan sejarah Dinasti Tang(cina), dari kali pertama  Islam dibawa saudagar Persia dan arab  ke bumi nusantara,  pada tahun 670 M, hingga tahun 1433M, formasi social-keagamaan di sepanjang pesisir pantai utara, terdiri dari dua kelompok. Kelompok Pertama, orang-orang asing, yaitu arab, Persia dan cina yang menganut Islam. Dan kelompok kedua, penduduk pribumi yang memegang keyakinan animisme dan dinamisme. Artinya, 7 abad lebih, Islam bergerak secarfa lambat. Akan tetapi, pasca datangnya Wali Songo, dari tahun 1470M, hingga tahun 1515M, Islam bergerak secara massif dan progressif. Bahkan adipati di pesisir pantai utara, hampir seluruhnya dipegang orang Islam. Bayangkan, hanya kurang dari 50 tahun, Islam bisa bergerak dengan cepat. Kemudian yang menjadi masalah pokoknya, kenapa ada perbedaan yang begitu signifikan, antara penyebaran Islam yang sangat lambat pra Wali Songo, dengan penyebaran Islam pasca datangnya Wali Songo, yang begitu cepat? Ternyata, perbedaan yang begitu signifikan itu, dipengaruhi system social yang berlaku pada masa itu.  sebagaimana yang tercantum dalam kitab halukantara, status seseorang, ditentukan oleh factor ekonomi. Semakin kaya seseorang, maka semakin rendah status sosialnya. Dan secara kebetulan, penyebar Islam pertama, adalah orang kaya raya, yaitu para saudagar. Sementara, Wali Songo adalah para pengajar, yang di mata penduduk pribumi tinggi derajatnya, karena mereka dianggap kaum brahmana(pengajar spiritual yang menjauhi dunia). Jika factor struktur social begitu mempengaruhi penyebaran Islam Wali Songo,  maka factor yang menentukan keberhasilan dakwah Wali Songo, kehebatan mereka mendialogkan Islam dengan budaya local. Misalnya, nujuh bulanan yang didialogkan dengan berdikir, dan pementasan wayang, yang diwarnai cerita Islam.
            Sebuah catatan kecil penting untuk ditekankan dalam tulisan ini. Meski harus meloncat langsung ke akhir abad 19. Pada periode itu, salah satu Ormas Islam, yang bernama NU, pernah mengeluarkan fatwa Revolusi Jihad untuk melawan penjajah, pada 10 November 1945. Artinya, Islam di nusantara, tidak hanya berbicara pada tataran budaya saja, tetapi larut dalam perjuangan melawan kesewenang-wenangan kolonialisme dan imperialism. Bahkan kajian sejarah menunjukkan, bahwa kantong-kantong perlawanan menuju kemerdekaan, adalah masyarakat tasawuf dan komunitas pesantren.
            Kemudian,jika dulu di zaman kolonialisme dan imperialism, konstruksi ketidakadilan struktural di tingkatan nasional maupun lokal, bisa menggerakkan Islam sebagai bahan bakar untuk melakukan perlawanan. Hari ini, nampaknya Wajah vulgar neoimperialisme tidak cukup mendapatkan jawaban responsif dari Islam. Dalam banyak hal, dan dataran, secara kasat mata justru terjebak dengan gerak kolaboratif dan kooptatif dengan kekuatan penindasan. Apa makna dan konsekuensi sosial ke-islam-an kita, ketika dihadapkan kemiskinan yang semakin massif dan eskalatif? Ketika dihadapkan dengan korupsi dan kebijakan yang antikerakyatan? Kemudian hal yang terpenting, Apa yang harus kita lakukan, sebagai kader PMII yang selalu mengklaim diri sebagai pembela kaum mustadafin, namun pada saat yang sama, tidak pernah melakukan gerakan kongkrit dalam menghadapi kemiskinan yang massif dan pejabat korup ?
            Di titik inilah, tulisan ini mencoba untuk menggali sejarah perjuangan Islam di nusantara kaitannya dengan peran PMII , agar mengembalikan Islam menjadi kekuatan sejarah transformasional.  Sebuah gerakan transformasional yang  mencoba mengelak dari jebakan global dan penjinakan neoliberal, sekaligus pemaknaan yang naïf, dan respons terhadap pembajakan Islam oleh kalangan wahhabi dan salafi semata.  Islam yang bukan sekedar dibenturkan dengan wacana dan praktek kekerasan serta sikap antitradisi dan kemajemukan kultural yang  berbasis agama, namun Islam yang berusaha menggerakkan perubahan sosial.

To be continue……..


                

2 komentar:

  1. Anonim16.58.00

    mantap nih wawasan baru gan..

    BalasHapus
  2. Anonim22.31.00

    Play Real Money Casino Secrets from our Partners - Casinofib
    Check カジノ シークレット out our top 20 casino secret rewards, exclusive sign-up bonuses, free 샌즈카지노 spins and more on our casino fun88 vin rewards page.

    BalasHapus